Entah
kenapa aku ingin mengulas kembali seseorang yang pernah menjadi dambaan hati
yang selalu hadir dalam hari-hariku dan selalu membangunkan ku di saat ku
tertidur, dan akhirnya..
Empat tahun lalu, pertama ku
mengenalmu di pertandingan basket antar sekolah sekota Bogor yang di adakan di
salah satu gelanggang olahraga, awalnya di saat aku dan TIM bertanding dengan
seriusnya aku tak sengaja melihat seorang wanita yang mengangkat kertas karton
berwarna merah muda dengan bertuliskan “Chayo Kahfi!” yang sempat membuatku
bersemangat, tapi hari itu memang sekolah ku kurang beruntung yang kalah dengan
score 40-33.
Sementara aku masih penasaran dengan
wanita yang menyemangatiku lewat selembar karton nya, dia sangat asing bagiku setelah
aku cari tahu ternyata dia adalah murid dari sekolah lain yang hari itu ikut
bertanding, kebetulan temanku Hafiz sudah kenal dengan nya.
Di
situlah kami saling kenal satu sama lain dan dia kembali menunjukan perhatian
nya dengan memberi sebotol air minum “Tak apa, mungkin masih ada kesempatan di
lain waktu” ujarnya yang melegakan perasaanku.
Obrolan kami waktu itu seolah
menghapuskan letih dan beban yang telah menumpuk, tak segan ia pun ingin
mengetahuiku secara lebih dekat. Saling tukar nomor Handphone itu lah cara
paling jitu.
Dua
minggu sudah kami saling mengenal dan mengetahui pribadi masing-masing, saling
berceritra dengan curhatan masa-masa SMP yang masih labil
Hingga akhirnya pada tanggal 5
Desember 2007 di acara ulang tahun Hafiz yang sederhana tepat di rumahnya, akupun
meluapkan isi hatiku kepadanya sempat tersirat jawaban pahit di otakku yang
membuat aku gugup bukan main, tetapi dia berkata lain. Jawaban manis pun
terlontar dari mulutnya, ini yang aky harapkan dan menjadi kenyataan. Sungguh
senang rasanya malam itu dan kami pun menjalani hari-hari bersama.
Setahun
sudah kami menjalin kasih dan selama itu banyak sekali hal telah terjadi di
antara kami. Rasa percaya dan kejujuran yang menjadi pondasi hubungan kami. Ini
hanya mewakilkan perasaan ku saat ini, aku beruntung sempat menjadi kekasih nya
dan jarang sekali wanita yang seperti dia.
Pada tanggal 4 September 2009, sore
itu aku mendapat telfon dari Nina saudaranya bahwa Fairish di larikan kerumah
sakit akibat penyakit liver yang di derita nya hari itu menjadi hari yang
membuatku shock, padahal dua hari yang lalu kita masih bisa bercanda, tertawa
bersama dan itu menjadi hari terakhir kami bermain bersama sungguh ironis
memang, aku langsung berangkat ke salah satu Rumah Sakit di Bogor dengan
berbekal sisa uang saku tadi sekolah.
Setelah sampainya di Rumah Sakit aku
hanya bisa melihat di balik pintu kaca ruang ICU, butiran-butiran air yang
keluar dari mataku seolah membisikanku dia pasti akan pulih dan kembali menemaniku
seperti sedia kala, di saat menjalankan ibadah Sholat aku selalu ber do’a
semoga dia lekas sembuh dan bisa tersenyum kembali, namun tetap saja tidak ada
perubahan , tubuhnya menguning dan semakin lemas. Tidak banyak yang bisa aku
lakukan selain ber do’a untuk kesembuhannya.
Dan tuhan pun berkata lain, 9
September 2009 aku melihat dia untuk terakhir kalinya tubuhnya terlihat ringkuh
ketika kedua kakinya menginjak tanah yang di kelilingi tembok berbentuk persegi
panjang. Ada satu bagian bertuliskan Fairish Nazwa Binti H. Rahmat Dharmawan
aku masih tidak percaya kalau dia Fairish yang kucintai waktu itu. Aku di sini,
di sampingmu terpekur bergelinangan air mata, bersimpuh di atas hamparan
daun-daun kering yang ikut berjatuhan bersama jatuhnya butiran kesedihan ku.
Kini
engkau telah pergi untuk selamanya
Semoga
waktu bisa mempertemukan kita kembali.
0 komentar:
Posting Komentar