Senin, 22 Oktober 2012 - , 0 komentar

UNTITLED


Entah kenapa aku ingin mengulas kembali seseorang yang pernah menjadi dambaan hati yang selalu hadir dalam hari-hariku dan selalu membangunkan ku di saat ku tertidur, dan akhirnya..

            Empat tahun lalu, pertama ku mengenalmu di pertandingan basket antar sekolah sekota Bogor yang di adakan di salah satu gelanggang olahraga, awalnya di saat aku dan TIM bertanding dengan seriusnya aku tak sengaja melihat seorang wanita yang mengangkat kertas karton berwarna merah muda dengan bertuliskan “Chayo Kahfi!” yang sempat membuatku bersemangat, tapi hari itu memang sekolah ku kurang beruntung yang kalah dengan score 40-33.

            Sementara aku masih penasaran dengan wanita yang menyemangatiku lewat selembar karton nya, dia sangat asing bagiku setelah aku cari tahu ternyata dia adalah murid dari sekolah lain yang hari itu ikut bertanding, kebetulan temanku Hafiz sudah kenal dengan nya.
Di situlah kami saling kenal satu sama lain dan dia kembali menunjukan perhatian nya dengan memberi sebotol air minum “Tak apa, mungkin masih ada kesempatan di lain waktu” ujarnya yang melegakan perasaanku.

            Obrolan kami waktu itu seolah menghapuskan letih dan beban yang telah menumpuk, tak segan ia pun ingin mengetahuiku secara lebih dekat. Saling tukar nomor Handphone itu lah cara paling jitu.
Dua minggu sudah kami saling mengenal dan mengetahui pribadi masing-masing, saling berceritra dengan curhatan masa-masa SMP yang masih labil

            Hingga akhirnya pada tanggal 5 Desember 2007 di acara ulang tahun Hafiz yang sederhana tepat di rumahnya, akupun meluapkan isi hatiku kepadanya sempat tersirat jawaban pahit di otakku yang membuat aku gugup bukan main, tetapi dia berkata lain. Jawaban manis pun terlontar dari mulutnya, ini yang aky harapkan dan menjadi kenyataan. Sungguh senang rasanya malam itu dan kami pun menjalani hari-hari bersama.
Setahun sudah kami menjalin kasih dan selama itu banyak sekali hal telah terjadi di antara kami. Rasa percaya dan kejujuran yang menjadi pondasi hubungan kami. Ini hanya mewakilkan perasaan ku saat ini, aku beruntung sempat menjadi kekasih nya dan jarang sekali wanita yang seperti dia.

            Pada tanggal 4 September 2009, sore itu aku mendapat telfon dari Nina saudaranya bahwa Fairish di larikan kerumah sakit akibat penyakit liver yang di derita nya hari itu menjadi hari yang membuatku shock, padahal dua hari yang lalu kita masih bisa bercanda, tertawa bersama dan itu menjadi hari terakhir kami bermain bersama sungguh ironis memang, aku langsung berangkat ke salah satu Rumah Sakit di Bogor dengan berbekal sisa uang saku tadi sekolah.

            Setelah sampainya di Rumah Sakit aku hanya bisa melihat di balik pintu kaca ruang ICU, butiran-butiran air yang keluar dari mataku seolah membisikanku dia pasti akan pulih dan kembali menemaniku seperti sedia kala, di saat menjalankan ibadah Sholat aku selalu ber do’a semoga dia lekas sembuh dan bisa tersenyum kembali, namun tetap saja tidak ada perubahan , tubuhnya menguning dan semakin lemas. Tidak banyak yang bisa aku lakukan selain ber do’a untuk kesembuhannya.

            Dan tuhan pun berkata lain, 9 September 2009 aku melihat dia untuk terakhir kalinya tubuhnya terlihat ringkuh ketika kedua kakinya menginjak tanah yang di kelilingi tembok berbentuk persegi panjang. Ada satu bagian bertuliskan Fairish Nazwa Binti H. Rahmat Dharmawan aku masih tidak percaya kalau dia Fairish yang kucintai waktu itu. Aku di sini, di sampingmu terpekur bergelinangan air mata, bersimpuh di atas hamparan daun-daun kering yang ikut berjatuhan bersama jatuhnya butiran kesedihan ku.

Kini engkau telah pergi untuk selamanya
Semoga waktu bisa mempertemukan kita kembali.

0 komentar:

Posting Komentar