Sabtu, 12 Januari 2013 - , , 0 komentar

Senja paling indah

Senja yang paling indah,,


Embun pagi masih tampak membasahi  dedaunan di sore itu. Mungkin karena udaranya yang kelewat rendah membiarkan embun itu tak tersapu mentari. Angin dingin yang bercengkrama adalah sisa-sisa bibirnya yang penuh canda tawa di minggu kemarin. Seulas mentari sore adalah serpihan senyumnya di minggu lalu.


Aku bisa melihat dia di sisa-sisa pekan terakhir bulan juli, di balik beranda pemandangan minggu sore yang mengantarku pada malam gelap yang tak bertuan.  Sorot matanya membawa aku terbang tinggi ke atas puncak surga dunia.


Aku masih hafal betul pakaian yang ia kenakan sore itu, hitam warnanya, melekat pada tubuh yang kurus  yang hampir kaku beku kedinginan. Sepatu yang melindungi kakinya ,dari batu kerikil tajam yang menghalangi langkahnya pun aku ingat. Aku pun tahu pasti saat ia menatapku dan bergegas melemparkan senyum terindahnya mencoba meluluhkan puing puing rindu yang menegangkan otot-otot hati.


Di minggu sore itu aku dan dia menapakan kaki di tanah coklat kehitaman, melangkah ke atas untuk sekedar menyapa senja di atas puncak dunia. Langkahku membabi buta memanjati jalanan berbatu disepanjang kebun teh yang terhampar hijau. Dengan nafas terengah aku mencoba mengejar dia yang ternyata sudah jauh diatas sana. Butir butir keringat membeku karena dingin yang berlebih, senyum hangatnya seakan menjanjikan keindahan yang luar biasa diatas sana. Goresan angin sore kini menuntun aku terbang tinggi ke atas puncak dunia.


Di bawah lembayung senja itulah aku duduk tuk sedikit merentangkan otot-otot kaki sembari  menikmati indahya sore hari. jutaan canda tawa terlempar kesana kemari. Mentari  mengintip kami di balik awan putih, yang terlihat hanya cahaya putih yang menyinari awan, sinarnya seakan mengawasi kami yang sedang asik mengobrol di beranda lembayung senja.  Hangatnya mentari tertutup rapat, yang terasa hanya dingin yang hampir membekukan saraf saraf tubuh. Tapi lagi lagi senyum hangatnya selalu mencairkan suasana yang membeku. Di atas puncak ini aku benar benar bisa merasakan indahnya senja yang ku rindukan. Walaupun hanya sepersekian menit tak sampai 15 menit, tapi aku sangat menikmatinya.


Sungguh, ini senja yang paling indah…

DISKHA FADILLAH

0 komentar:

Posting Komentar